Rabu, 27 November 2013

Apa itu Agnostik ?

Oleh : Royen Pakpahan

Agnostik itu erat kaitannya dengan agama dan Tuhan, beberapa orang mengatakan jikalau Agnostik adalah kaum yang percaya kepada Tuhan, namun memilih untuk tidak percaya agama. Namun ini adalah defenisi yang salah.

Agnostik sendiri berasal dari dua kata yakni A dan Gnostik , di mana A adalah tidak, sementara Gnostik adalah tidak tahu. Jadi, defenisi sempit dari agnostik adalah tidak tahu. Agnostik adalah Individu yang tidak mengetahui, karena tidak mengetahui, maka agnostik sering memilih ragu, sampai ada bukti kuat soal eksistensi dan kebenaran suatu hal.

Jadi, defenisi Agnostik secara luas adalah Keraguan kepada eksistensi Tuhan dan keraguan akan kebenaran agama, dan tak berhenti mencari kebenaran, tanpa langsung menerima pendapat seseorang, dan apabila ada bukti yang kuat, maka individu itu akan percaya dengan sendirinya.

Agnostik seringkali dikatakan bermain aman oleh beberapa orang, namun hal ini tak sepenuhnya benar. Agnostik tak sepenuhnya bermain aman, karena jikalau seseorang dikatakan bermain aman, maka individu tersebut akan langsung percaya kepada Tuhan dan memilih beragama. Agnostik sebenarnya adalah posisi pencarian kebenaran (walau kebenaran hakiki itu sendiri mungkin tidak ada) .

Namun sebenarnya, agnostik itu tak selamanya harus skeptis kepada Tuhan, skeptis kepada Agama saja pun bisa dikatakan agnostik (walau dia yakin dan percaya jikalau Tuhan itu benar-benar ada) . Makanya tak jarang persepsi soal Agnostik lebih ke arah sini ketimbang agnostik yang murni. Agnostik yang seperti ini bisa dikatakan sebagai Agnostik Teis, dia percaya kepada Tuhan, namun memilih untuk meragukan kebenaran agama. Maka tak jarang pula, di saat seseorang beragama, dia juga mendeklarasikan dirinya sebagai Agnostik.

Ada juga yang meragukan eksistensi Tuhan, namun dia tetap memilih percaya Tuhan untuk bermain aman, dan orang Agnostik seperti ini biasanya masih dipengaruhi oleh logika god of the gaps (walaupun tak penuh terpengaruh) . Orang seperti ini juga bisa disebut sebagai Agnostik Teis.

Terus ada juga yang mendeklarasikan dirinya dengan Agnostik Ateis . Tak jarang mereka ini berdebat dengan yang mengklaim dirinya Ateis Murni . Kenapa sering sekali terjadi perdebatan? Menurut saya, ini erat hubungannya dengan perdebatan antara kaum Rasionalis melawan  kaum Empiris . 

Kaum Agnostik Ateis, keberadaan Tuhan itu kemungkinan ada walau cuman 0,1% sekalipun, dan pemikiran ini dipengaruhi oleh pemikiran Probabilitas yang lebih dipengaruhi oleh pemikiran Rasionalisme, sementara itu kaum Ateis Murni yang lebih dipengaruhi oleh pemikiran Empirisme menyatakan jikalau eksistensi baru diketahui bila ada bukti yang kuat, jadi dengan tidak adanya bukti maka eksistensi Tuhan adalah 0% .

Tak jarang ada yang mendeklarasikan dirinya sebagai Agnostik Murni ,  yang dimana dia tetap memilih ragu, tanpa memilih percaya ataupun tidak percaya. Sebenarnya akan lebih baik apabila tidak perlu ada label ataupun perdebatan soal label apa yang tepat pada seseorang. Jadi, Anda berada pada posisi yang mana?

Source: http://agnostikindonesia.wordpress.com