Minggu, 17 September 2017

Asal Mula Kota

Kota sebagai wadah awal peradaban

Munculnya kota untuk pertama kali dalam sejarah umat manusia terjadi di lembah sungai Nil. Dan Efrat-Tigris. Para sarjana kebudayaan melihat lahirnya permukiman berupa kota itu sebagai akibat dari telah cukupnya bahan pangan yang dihasilkan oleh pedesaan.

Kota bertalian erat dengan peradaban (civilization), yakni yang mencerminkan kemenangan manusia atas bumi, karena ia tak bergantung sepenuhnya lagi kepada pengolahan tanah.

Di kotalah berkembang kebudayaan umat manusia. Ini nampak pada tingginya keterampilan teknis, berkembangnya gagasan manusia, majunya berbagai bidang kesenian, dan munculnya segala penemuan baru.

Dalam sejarah kota dikenali tiga jenis kota sebagai berikut: kota sebagai benteng keamanan dan pertahanan, kota sebagai pusat pemujaan, dan kota sebagai pusat kehidupan berbagai kelompok dengan kekhususan hidupnya sebagai simpul jaringan komunikasi.

  1. Kota sebagai benteng merupakan kota-kota tertua di dunia misalnya Troya (Asia kecil) yang berakhir riwayatnya pada tahun 1800 SM dan Yerikho (Palestina) yang dimusnahkan oleh kelompok nomad pada tahun  pada tahun 1200 SM.
  2. Contoh kota-kota pemujaan yaitu Ur dan Kish di Babilonia pada tahun 4000 SM; di situ dipuja dewa Baal dan Marduk. Kehidupan kota Kish berubah setelah palung sungai Efrat bergeser menjauhinya; akhirnya kota tersebut mati seperti nasib kota Nekropolis sebagai sisa-sisa dari Memphis di Mesir kuno. Di kota-kota pemujaan tadi demi pengelolaan dan pengawasan korban-korban yang perlu dipersembahkan maka organisasinya meningkat sehingga terbentuk ‘nucleus’ kehidupan kota.
  3. Adapun kota-kota yang muncul kemudian didirikan sebagai simpul bertemunya beberapa jalan perniagaan; orang berkumpul di situ untuk mengadu keuntungan hidup.

Tiga persyaratan lahirnya kota-kota pertama

Sebenarnya gejala mengalirnya penduduk masuk kota sudah ada pada ribuan tahun yang lalu ketika kota-kota awal lahir misalnya di lembah sungai Nil, Efrat-tigris, Indus dan Huangho. Sehubungan itu Sjoberg membedakan adanya tiga tingkatan organisasi masyarakat manusia sebagai berikut : Pertama, Pre-urban folk society yaitu masyarakat sebelum ada kota. Kedua, pre-industrial feudal society atau masyarakat feodal sebelum zaman industri. Adapun yang ketiga, modern industrial feudal society yaitu masyarakat feodal dengan industri modern.

Tiga pertimbangan kemungkinan terbentuknya pemukiman di lokasi-lokasi tertentu :

  1. Manusia harus dijamin keamanannya dari serbuan binatang buas atau bencana lain seperti tanah longsor,  tiupan angin dari pasir gurun, ledakan vulkanis.
  2. Sumber-sumber potensial adalah yang memungkinkan lestarinya eksistensi kota sebagai pemukiman baru.
  3. Tersedianya air sebagai kebutuhan mutlak dapat dihubungkan dengan kebutuhan sehari-hari penduduk. Air juga untuk pertanian di luar kota yang bersangkutan.
Dari keterangan di atas makin jelas mengapa kota-kota  pertama yang semula ada di pinggiran pegunungan atau perbukitan lalu bergeser ke lokasi dekat sungai. Bersama dengan perkembangan kota perdagangan lalu lokasi dapat bergeser ke arah hilir bawah sungai hingga pesisir.

Dalam hieroglyph Mesir Kuno, kota dilukiskan berupa niut, yaitu lingkaran yang berisi tanda plus. Tanda plus itu melambangkan pertemuan manusia baik fisiknya, dagangannya maupun gagasannya, sedang lingkaran mencerminkan tembok kota yakni kekompakan penduduk kota atau penghalang moral yang dapat melindungi masyarakat kota. Robert S. Lopez menyimpulkan bahwa dalam lambang tanda silang dalam lingkaran itu, tersembunyi definisi yang tertua dari kota, yakni: tempat untuk komunikasi dan pertemuan. Adapun munculnya kota, maju atau mundurnya bergantung kepada komunikasi dan pertemuan itu.

Seluk beluk kota pra-industri : Mesir dan Mesopotamia

Historio-geograf Paul Wheatly, menyebutkan adanya tujuh wilayah dimana terjadi proses pengkotaan awal, yaitu:

Wilayah
Tahun
Kota-kota
Mesopotamia
4000-3500 SM
Lagash, Ur, Uruk
Mesir
3000 SM
Memphis, Thebes
Indus
3000-2250 SM
Mohenjo-daro, Harappa
Cina
2000 SM
Cheng-Chon, An-yang
Amerika Tengah
1000 SM
Teotihuacan, Tenochtitlan
Andes Tengah
500 SM
Cuzco, Tihuanaca
Nigeria Baratdaya
1000 M
Sagamu, Owo

Di wilayah Cina, Indus, Mesir dan Mesopotamia fungsi kota-kota di sana terutama sebagai pusat pemerintahan. Baru sesudah itu fungsi pertukangan dan perdagangan yang nampak. Bentuk kota pada umumnya persegi atau persegi panjang, di tengah terdapat tanah lapang, sedang di tembok yang mengelilinginya ada empat pintu gerbang, masing-masing satu di setiap mata angin. Hal ini semuanya dipertahankan lanjut hingga abad-abad pertengahan. Di zaman berikutnya karena penduduk bertambah, otomatis penduduk meluap ke luar tembok.

Kota di Yunani dan Romawi umumnya berfungsi sebagai pos-pos industri dan perdagangan. Kemudian dari sejarah abad pertengahan dimaklumi  bahwa kota-kota yang terdapat di Eropa sekarang, sebagian bermula dari benteng yang oleh raja atau pangeran digunakan sebagai kubu pertahanan atau pemerintahan terhadap wilayah di sekelilingnya.

Kota-kota di dunia Arab misalnya Mekkah adalah tempat bermukim nya klan, berlaku hingga awal abad ke 20.

PERKEMBANGAN KOTA ABAD KE 19 DAN 20

Revolusi perkotaan yang pertama merupakan produk dari kelebihan hasil pertanian, diikuti dengan meningkatnya budaya umat manusia dan berbagai spesialisasi kegiatan di dalam kota sebagai ruang huni yang baru.

Sosiolog Lewis Mumford dalam bukunya berjudul The Culture of Cities menggambarkan perbedaan yang jelas antara menumpuknya manusia dan gedung di kota di satu pihak dan terbentuknya masyarakat kota di pihak lain memiliki relasi yang kausal. Kota-kota dalam abad ke-19 dinilainya sebagai terkombinasinya secara sederhana tempat kerja manusia dan tempat tinggalnya, dalam bentuk pabrik dan slum kedua-duanya berkembang biak dan meluaskan diri tanpa membutuhkan lebih dari sekedar bayangan lembaga-lembaga yang mencoraki kota secara sosial, sebagai suatu tempat dimana warisan kemasyarakatan dipusatkan.

Di sekitar tahun 1930 ada gerakan kembali ke pedesaan pada penghuni kota yang disebut back to the country side atau le retour aux champs. Bersama itu pedesaan makin kabur kenampakannya yang bercorak agraris. Bentang alam yang wajar makin luntur menjadi benteng budaya yaitu lingkungan binaan oleh manusia. Lama kelamaan perluasan kota-kota yang berdekatan membentuk connurbations yakni gabungan kota secara fisik.

UNSUR-UNSUR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN KOTA

Kota-kota di dunia jelas keadaannya sangat beragam: ada yang kecil, sedang dan besar; yang lama dan baru; yang tumbuh berkembang dan mengecil; yang berpenduduk padat dan berpenduduk jarang; atau seringkali dijumpai kota-kota yang menjalani kehidupan dengan kondisi ekonomi, sosial, politik, keagamaan dan budaya yang berbeda-beda. Beberapa kota tumbuh pada lingkungan fisik yang berbeda. Pada suatu saat, terdapat satu atau beberapa unsur eksternal yang menonjol yang mempengaruhi perkembangan kota. Akan tetapi, situasi dan kondisi setempat setiap saat akan merupakan unsur yang terpenting yang mendasari perencanaan kota secara komprehensif.

Keadaan Geografis sebuah kota bukan hanya merupakan pertimbangan esensial pada awal penentuan lokasinya, tetapi mempengaruhi fungsi dan bentuk fisiknya. Jika para pendiri kota memiliki maksud untuk mengembangkan kegiatan niaga kelautan, maka kota mestinya berlokasi di tepi pantai atau sepanjang tepi sungai yang memiliki akses ke laut. Jika suatu kota dimaksudkan untuk menampung para pekerja perusahaan galian, maka mestinya kota dibangun cukup dekat dengan daerah penambangan. Sebuah kota yang diharapkan menjadi pusat perbelanjaan dan pelayanan komersial untuk daerah pertanian , mestinya ditempatkan pada lokasi yang dekat dengan daerah pusat.

Tapak (site) merupakan pertimbangan penting yang kedua di dalam lokasi perkotaan. Kemiringan lahan yang telah ada menentukan pola drainase dan kemungkinan terjadinya banjir. Bila terdapat lahan dengan kemiringan yang lebih besar dari persentase yang disyaratkan oleh pengelola kota setempat, jaringan jalan biasanya diatur mengikuti garis-garis kontur untuk menjamin keamanan pejalan kaki dan keamanan bagi pengemudi kendaraan, serta untuk mengurangi kecepatan aliran air hujan pada selokan yang umumnya dibangun di sepanjang jalan. Keadaan geologi tapak kemungkinan juga menuntut biaya yang lebih tinggi karena memerlukan fondasi yang lebih kuat atau dirancang secara khusus.

Fungsi yang diemban oleh kota. Kota dapat merupakan tempat untuk menghasilkan barang-barang jadi atau tempat pertukaran barang, atau sebagai pusat perbelanjaan, jasa-jasa, pendidikan, atau penelitian dengan skala pelayanan regional. Fungsi yang berbeda-beda yang diemban oleh daerah permukiman, baik secara terpisah ataupun merupakan kombinasi antara beberapa fungsi dikenal sebagai legion. Suatu masyarakat sangat dipengaruhi oleh fungsi-fungsi dasarnya, dan besarnya pengaruh tergantung dari sifat dan banyaknya fungsi.

Ekonomi yang mendasari kota-kota juga tercermin pada fasilitas dan bentuk fisiknya. Sebagai contoh, sebuah komunitas yang yang direncanakan secara baik untuk purnakaryawan menyediakan ruang-ruang untuk berbagai kegiatan sosial dan rekreasi serta pelayanan kesehatan yang diperlukan oleh penduduk utamanya. Sedangkan ibukota suatu negara menampilkan beberapa bentuk tata ruang yang monumental yang menggambarkan simbol kepentingan pemerintahan.

Sejarah dan kebudayaan juga mempengaruhi karakter fisik dan sifat-sifat kemasyarakatan kota. Sebagian besar masyarakat melestarikan tempat bersejarah tertentu secara permanen dan melindunginya dari perambahan perkembangan lahan yang tidak sesuai. Hampir semua kota mempunyai tempat-tempat yang diperlakukan khusus untuk kepentingan sejarah dan kebudayaan.

Tahapan Perkembangan. Sebagai organisme yang aktif, kota memiliki tahapan perkembangan, yaitu: kelahiran, masa kanak-kanak, masa remaja, dewasa, lanjut usia, uzur dan akhirnya kematian. Tahapan perkembangan kota suatu kota berkaitan dengan tingkat eknomi, sosial, kelembagaan, dan penguasaan teknologi pada waktu tertentu di dalam proses evolusinya.
Sebuah “teori tentang pertumbuhan ekonomi dan satu teori lain yang lebih umum tetapi masih bersifat parsial, yaitu teori tentang sejarah sebagai suatu keseluruhan” mengidentifikasi enam tahapan perkembangan ekonomi , yaitu : masyarakat tradisional (pra-Newton), tahap sebelum tinggal landas (proses perubahan), tahap tinggal landas (periode pertumbuhan), tahap kematangan (kemajuan yang berkelanjutan), zaman konsumsi masa tingkat tinggi, dan zaman setelah konsumsi (Rostow, 1971).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar